Selasa, 26 Januari 2010

SILAHTURAHMI NASIONAL LINTAS AGAMA dan SUKU BANGSA

KAMIS, 21 JANUARI 2010
GOR SIDOARJO
Jl. PAHLAWAN, SIDOARJO


Sebanyak ribuan orang dari berbagai umat beragama pada tanggal 21 Januari 2010 berkumpul pada acara Forum Silahturahmi Nasional Lintas Agama yang dihelat di GOR Sidoarjo. Acara tersebut dihadiri oleh enam pemuka agama, masing-masing perwakilan dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Acara tersebut juga melibatkan kurang lebih seribu orang perwakilan dari beberapa provinsi di Indonesia seperti suku bangsa Toraja, Maluku, NTT, Tapanuli dan Papua.

Acara yang diketuai oleh Bapak Ir Hadi Prasetyo, ME (Bapprprov) tersebut dihadiri oleh Bapak Hasyim Muzadi selaku Presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP) dan Menteri Pertahanan Bapak Purnomo Yusgiantoro, dan juga Gubernur Jawa Timur Bapak Soekarwo. Diantara para undangan VVIP juga hadir Ketua MBI Jawa Timur Bapak Irwan Pontoh, Ketua MBI Surabaya Bapak Kho Jan Suwandi, Kepala Vihara Buddhayana Surabaya Ibu Ida Bagus Kartika Dewi dan juga Ketua SEKBER PMVBI Sdr. Ronally Poliangan.

Acara yang diadakan setelah acara natal bersama tersebut menampilkan berbagai macam tarian dan paduan suara dari berbagai daerah. Menampilkan sendratari kolosal “Anak-Anak Perdamaian”, paduan suara kolosal lintas gereja, dan paduan suara kolosal lintas agama yang diiringi oleh Impromptu Philharmonic Orchestra.

Acara yang dibuka dengan Lagu Kebangsaan itu langsung terlihat meriah ketika sebanyak 1000 orang yang tergabung dalam Paduan Suara Kolosal Lintas Agama menyanyikan Lagu-lagu Wajib Nasional seperti Rayuan Pulau Kelapa, Pemuda Indonesia, Doa Anak Negeri, dan lagu ciptaan Gombloh Gebyar-gebyar. Setelah serangkaian kata sambutan dari para undangan dan juga doa perdamaian dari gabungan pemimpin agama, acara ditutup dengan penampilan sendratari kolosal. Sendratari tersebut bertemakan “Anak-Anak Perdamaian”, yang dimana didalamnya tidak hanya menampilkan gabungan tarian dari suku-suku bangsa, tapi juga menampilkan tarian dari masing-masing agama. Didalam sendratari tersebut, dari Agama Buddha di wakili oleh WALUBI sedangkan untuk paduan suara kolosal diwakili dari Vocal Group Apsesi Vihara Buddhayana Surabaya.

Didalam acara yang mengambil tema “Damai di Bumi, Damai di Indonesia, Membangun Kesejahteraan Bangsa dalam Wadah NKRI” tersebut terkandung sebuah doa, yang berharap agar Bumi Indonesia selalu damai dengan berbagai macam agama dan suku bangsanya, sehingga kesejahteraan bangsa akan selalu ada.

Minggu, 24 Januari 2010

Retreat Membangun Kesadaran, Memahami Sebab-Akibat Kehidupan 26-28 Desember 2009

Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Kota/Kab. Mojokerto kembali mengadakan kegiatan rutin tahunan yang dibimbing oleh Sangha Agung Indonesia Wil. V Jawa Timur. Sebuah kegiatan yang merupakan “selogan” setiap langkah dan nafas MBI serta Cetiya Buddhayana Mojokerto yaitu ”Berlatih dan Melayani”.
Sebagai bentuk ”Latihan dalam pratik Dhamma” MBI dan Cetiya Buddhayana Mojokerto mengajak umat Buddha serta masyarakat untuk berlatih meditasi. Dalam bentuk ”Pelayanan” menyediakan sarana dan prasarana dalam berlatih meditasi.
Bentuk latihan dan pelayanan yang diagendakan tahun ini sama dengan tiga tahun yang lalu yaitu ”Retreat” yang dibimbing oleh Y.M Bhante Nyana Sila di Mahavihara Mojopahit Trowulan-Mojokerto dan mengambil tema ”Membangun Kesadaran, Memahami Sebab-Akibat Kehidupan” dengan jumlah peserta 25 orang dari berbagai lintas agama dan kota.
Sedikit perbincangan Persaudaraan Muda-Mudi Cetiya Buddhayana (PMC) dengan Bhante Nyana Sila, berkenaan dengan retreat tahun 2009 dan harapan kedepan ?
PMC : Namo Buddhaya Bhante, maaf mengganggu... kita mau tanya sekilas tentang kegiatan retreat ini ?
Bhante : Ya, retreat akhir ini yang merupakan agenda tahunan MBI dan Cetiya Mojokerto merupakan bentuk aplikasi dari kepedulian terhadap umat Buddha khususnya dan pada umumnya masyarakat dalam praktik dan pelayanan Dhamma.
PMC : Apakah harus dalam bentu retreat bhante ?
Bhante : Sebenarnya pelayanan tidak hanya dalam bentuk retreat bisa dalam bentuk yang lain. Tapi, akhir tahun kita ada retreat karena mau mengaplikan selogan yang selama ini kita suarakan yaitu ”Berlatih dan Melayani”
PMC : Lalu, apa harapan bhante kedepan dengan adanya kegiatan ini ?
Bhante : Harapan kedepan, kegiatan seperti ini mesti di tingkatkan sehingga Dhamma di masyarakat tidak hanya dalam bentuk ”ritual” saja tetapi, Dhamma akan lebih di kenal dalam bentuk nyata.
PMC : Baik, trima kasih bhante. Namo Buddhaya.....
Bhante : Ya sama-sama, Namo Buddhaya.




Mettacitena

Persaudaraan Muda-Mudi Cetiya Buddhayana Mojokerto

Senin, 04 Januari 2010

PERINGATAN HUT ke-20 MAHAVIHARA MOJOPAHIT

Kamis, 31 Desember 2009

Peringatan HUT ke-20 Mahavihara Mojopahit yang diperingati setiap tanggal 31 Desember, pada tahun ini sangat berbeda dari biasanya. Peringatan kali ini mempunyai beberapa rangkaian acara yang diselenggarakan mulai tanggal 25 Desember 2009 hingga 1 Januari 2010. Pada tanggal 25 Desember 2009, acara yang diadakan adalah retret “Hidup Berkesadaran” yang dipimpin langsung oleh YM. Nyana Sila. Retret dimulai tanggal 25 Desember 2009 hingga 29 Desember 2009, yang diikuti oleh kalangan muda dan tua. Setelah retret selesai, acara dilanjutkan dengan pembacaan Paritta Keselamatan dan Kesehatan dengan pemasangan Tiam Teng. Tiam Teng dan pembacaan Paritta ini dimulai tanggal 29 - 31 Desember 2009 yang dipimpin langsung oleh Sangha Agung Indonesia.

Pada hari Kamis tanggal 31 Desember 2009, sepanjang hari penuh dengan kesibukan di area Mahavihara Mojopahit. Orang-orang mempunyai kesibukan masing-masing dalam mempersiapkan acara untuk malam harinya. Mulai dari bagian konsumsi, persiapan panggung, persiapan pelita, persiapan akomodasi, dan lain-lain. Untuk dibagian persiapan pelita, sekitar 50 orang relawan dari surabaya dan mojokerto datang untuk membantu penyusunan pelita. Persiapan pelita ini dikoordinir oleh teman-teman dari Sekber PMVBI JATIM, yang mulai dikerjakan 2 minggu sebelum acara.

Sore harinya terlihat dari pintu gerbang Mahavihara Mojopahit yang terlihat ramai dengan orang. Acarapun dimulai pada pukul 18.00 wib, dengan membuka area konsumsi bagi tamu undangan dan umat yang telah datang. Setelah para tamu undangan menikmati konsumsi yang telah disediakan panitia, acara dilanjutkan dengan atraksi Barongsai dari Yayasan Serumai Surabaya pada pukul 18.45 wib. Atraksi barongsai ini sangat menarik perhatian para tamu undangan, umat, dan tak lupa warga sekitar Mahavihara Mojopahit yang jarang sekali melihat atraksi Barongsai. Barongsai ini juga tak lupa mengucapkan selamat kepada M

ahavihara Mojopahit dengan melakukan penghormatan kepada rupang Buddha didalam Dharmasala. Setelah 20 menit berlangsung, umatpun diarahkan untuk memasuki dharmasala karena acara peringatan segera dimulai.

Pada waktu Sangha akan memasuki Dharmasala, tambur genderang Barongsai kembali ditabuh. Barongsai menjemput rombongan Sangha di Sekretariat Mahavihara Mojopahit, yang dipimpin langsung oleh YM. Viryanadi Mahathera berserta murid-muridnya dan beberapa tokoh agama undangan. Pada waktu sampai di pintu Dharmasala, Bhante Vir memberkahi Barongsai dan memberi angpao. Acarapun berlanjut dengan dimulainya Kebaktian Peringatan HUT ke-20 dengan penyalaan pelita Panca warna oleh anggota Sangha, sekaligus penyalaan secara simbolis pelita darat yang dibawakan oleh 5 orang relawan di dalam Dharmasala dimana pelita tersebut dinyalakan di area Sleeping Buddha.

Kebaktianpun berjalan dengan Khidmat selama kurang lebih 30 menit. Setelah Meditasi, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Yayasan Lumbini oleh Bapak Fredrik, Ketua Majelis Buddhayana Indonesia Jawa Timur oleh Bapak Irwan Pontoh, dan kemudian sambutan Presidium Sangha Agung Indonesia YM. Viryanadi Mahathera, sekaligus sebagai pemrakarsa pembangunan Mahavihara Mojopahit. Setelah Bhante Vir selesai memberikan sambutan, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh YM. Vijjananda Thera yang kemudian potongan tumpeng diberikan kepada YM. Viryanadi Mahathera. Pada prosesi ini, Bhante Vir juga menjelaskan bahwa tahun 2009 ini murid-murid beliau yang mencapai “Thera” bertambah banyak, dan untuk pertamakali nya beliau mempunyai cucu murid yang mencapai “Mahathera” yaitu YM. Khemmacaro Mahathera, dimana Bhante Khemmacaro ini murid dari YM. Suryanadi Mahathera. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemotongan kue tart oleh Bapak Fredrik selaku Ketua Yayasan Lumbini yang kemudian potongan kue tart ini diberikan kepada MBI Jatim Bapak Irwan Pontoh dan beberapa umat yang berjasa atas berkembangnya Mahavihar Mojopahit.


Kemudian acara dilanjutkan pemberian Kenang-kenangan dari Mahavihara Mojopahit yang juga diberikan kepada orang-orang yang berjasa terhadap perkembangan Mahavihara Mojopahit yang diserahkan langsung oleh Bhante Vir. Setelah selesai pembagian kenang-kenangan, Bhante Vir secara simbolis menyalakan 11 Pelita yang akan diletakan diarea air disekeliling Sleeping Buddha. 11 pelita air yang secara simbolis dibawakan oleh teman-teman pengurus Sekber PMVBI Jatim ini dinyalakan oleh Bhante Vir, perwakilan MBI, dan perwakilan banom-banom dari MBI Jatim. Setelah penyalaan pelita air, acara kebaktianpun selesai yang kemudian peletakkan pelita air yang diletakkan sendiri oleh bhante Vir di area Sleeping Buddha. Bersamaan dengan selesainya kebaktian peringatan, permainan wayang kulit pun dimulai.


Area Sleeping Buddha yang diletakkan konfigurasi pelita darat pun ramai dengan umat. Konfigurasi yang cantik dirancang oleh teman-teman dari Sekber yang dibantu oleh kurang lebih 50 orang relawan. Konfigurasi pelita darat yang dibuat berupa bentuk Stupa, Swastika, Teratai, dan tulisan mandarin Xin Nian Kuai Le (新年快乐) yang artinya Selamat Tahun Baru, dan beberapa tulisan mandarin lainnnya. Disekililing area Sleeping Buddha pun dibuat permainan Koin yang nantinya akan menghasilkan angka untuk mengambil kata-kata mutiara.


Pada waktu 23.30 wib, acara penerbangan pelita udara dilakukan dengan sangat meriah. Pernebangan pelita udara yang berupa balon yang ada lampu dan kertas permohonan setiap orang, dipimpin langsung oleh Bhante Vir yang diikuti hampir semua orang. Pada saat ini, setiap orang memegang satu balon yang sudah ditulisi harapan-harapan untuk tahun 2010. Tepat pukul 23.40 balon udara dilepaskan ke udara secara bersamaan. Sesaat setelah pelepasan pelita udara ini, langit diatas area Mahavihara Mojopahit terlihat sangat indah dengan sejumlah kurang lebih 200 pelita udara yang menyala bagaikan taman bintang padahal langit sedang mendung. Setelah itu area Sleeping Buddha disterilkan bagi umat dan pengunjung karena ada pemasangan kembang api oleh panitia. Tepat pukul 23.50 semua orang sudah memegang kembang api sendiri-sendiri. Menjelang detik-detik pergantian tahun, Bhante Vir mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang menyukseskan Mahavihara Mojopahit, dan berterima kasih karena tidak turun hujan deras di area Mahavihara Mojopahit, serta mendoakan semua sukses pada tahun 2010.


Pukul 24.00 wib, Bhante Vir langsung menyulut kembang api pertama yang kemudian diikuti para umat. Pesta kembang api yang meriahpun terjadi pada pergantian tahun 2009-2010. Kurang lebih sekitar 15 menit para umat dan pengunjung menyaksikan meriahnya pesta kembang api. Setelah itu para undangan, para umat, dan panitia saling mengucapkan selamat tahun baru. Kemudian acara berlanjut ke pertunjukan wayang kulit hingga pukul 04.00 pagi. “setelah 20 tahun, baru kali ini ada acara semeriah dan sebagus ini di Mahavihara Mojopahit” kata Bpk. Sumartono selaku ketua MBI Kodya Mojokerto kepada WB.

Puja Umat Triyana di Sanggar Agung

Sabtu, 19 Desember 2009 pk. 10.00

Puja keliling bersama biksu Sangha setiap sabtu pagi ke rumah umat dan tempat-tempat suci di Surabaya merupakan program pelayanan rutin yang dilakukan oleh persamuan umat Triyana Dharma Center Surabaya yang bertujuan melatih bodhicitta dan mempererat komunikasi di antara sesama umat dan simpatisan Triyana Dharma Center .

Pada sabtu, 19 Desember 2009 Triyana Dharma center berkesempatan melakukan puja keliling di Sanggar Agung, tempat pemujaan utama Avalokitesvara (Kwan Im) yang menghadap langsung ke laut. Acara puja bersama Acara dimulai dengan melakukan puja Eight Auspicious Signs (Puja Asta Manggala) merupakan puja terhadap 8 simbol yang memberikan harapan dan mewakili dana yang dipersembahkan kepada Buddha Sakyamuni setelah PencerahanNya. 8 simbol yang dimaksud adalah:

1. Payung Agung :

Payung Sutra yang memayungi Para Buddha, symbol yang memberikan perlindungan dari segala pengaruh jahat.

2. Panji Kemenangan :

Panji Sutra yang menyatakan kemenangan dari ajaran Buddha terhadap kepedulian.

3. Kerang Putih :

Kerang berukir ke kanan, ditiup untuk memproklamirkan Pencerahan Buddha.

4. Dua Ikan Mas :

Simbol dari batin yang terbebas dari lautan Samsara.

5. Harta Karun :

Harta dalam guci ini menyimbolkan pencerahan batin yang sangat berharga.

6. Simpul Abadi :

Juga dikenal sebagai diagram keberuntungan dan menggambarkan cinta kasih dan harmoni yang tak terbatas.

7. Cakra Emas berjari 8 :

Simbol dari Cakra Dhamma dengan jalan mulia beruas 8 sebagai ajaran Buddha.

8. Bunga Teratai :

Menggambarkan kemurnian batin dan pedoman hidup.

Rangkaian puja dilanjutkan dengan puja persembahan Api(Riwo Shangchod) untuk memberikan persembahan kepada Triratna (Buddha, Dharmma dan Sangha) dan puja naga yang bertujuan untuk mempersembahkan doa kepada para naga agar para naga memberkati kita keberuntungan karena Naga merupakan symbol makhluk keberuntungan. Pelaksanaan Puja naga di Sanggar Agung merupakan kesempatan yang baik sekali karena laut merupakan kediaman para Raja Naga. Puja diakhiri dengan pelimpahan jasa yang didedikasikan demi kebahagiaan semua makhluk agar semua makhluk dapat secepatnya merealisasikan keBuddhaan.

Hari Metta setiap 1 Januari

Metta (bhs. Pali) memiliki banyak arti, di antaranya kasih, sikap bersahabat, itikad baik, kemurahan hati, persaudaraan, toleransi, dan sikap tanpa-kekerasan.
Dengan metta kita menolak setiap bentuk kekerasan, kebencian, sakit hati, dan permusuhan. Sebaliknya kita mengembangkan sikap-batin yang bersahabat, murah hati, mudah mengerti dan dimengerti, serta selalu menghendaki kebahagiaan dan kesejahteraan makhluk lain. Metta yang sejati, bersih dari kepentingan pribadi. Ia tumbuh di dalam hati yang hangat oleh kasih dna simpati.
Dengan pengertian Metta ini maka para Umat Buddha merayakan hari Metta tepat pada tanggal 01 Januari setiap tahunnya. Umat Buddha merayakan hari Metta bersamaan dengan Penyambutan Tahun Baru Internasional. Hari Metta adalah hari Cinta Kasih bagi semua mahkluk hidup di dunia. Makna yang terkandung di hari Metta adalah kita sebagai umat manusia harus memulai lagi hal yang baru dengan senantiasa mengembangkan batin yang penuh Cinta Kasih agar perjalanan hidup kita sebagai manusia dapat membuahkan hasil yang baik karena semua tindakan yang kita lakukan adalah bersumber dari Pikiran. Jadi Barang siapa berpikir dengan batin yang penuh Cinta Kasih maka kehidupan kita lebih berarti dan tidak akan merugikan orang lain atau mahkluk lain. Karena Cinta Kasih adalah salah satu Sifat yang dimiliki setiap Mahkluk, hanya kadang mereka enggan untuk memunculkannya, sehingga kehidupan ini kadang terasa menyedihkan.

Marilah kita bersama – sama menyongsong kehidupan yang baru dengan senantiasa mengembangkan Cinta Kasih kepada Semua Mahkluk dimanapun mereka berada, jadikanlah diri kita seperti Matahari yang memancarkan Sinarnya kesegala Penjuru baik itu lembah, pegunungan, kota, desa, pulau, daratan, begitu juga kita pancarkanlah pikiran yang penuh Cinta Kasih Ini kepada semua mahkluk baik yang terlihat, maupun yang tak terlihat, besar maupun kecil, sedang, kurus, gemuk, jauh, dekat, yang terlahir maupun yang masih dalam proses kelahiran, dengan bertegad Semoga Semua Berbahagia.
Bagi mereka yang sudah paham dengan kehidupan duniawi, Cinta Kasih adalah hal yang mesti kita lakukan demi kebahagiaan semua Mahkluk. Siapa lagi yang tidak mengawali kehidupan kita yang baik jika bukan kita sendiri ?

Pelantikan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Kota Surabaya Periode 2009-2013


Pengurus baru harus mampu hilangkan kata “aku”

Minggu, 15 November 2009 pk. 11.00

Lagu Indonesia Raya berkumandang di dalam ruang doa Vihara Buddhayana Surabaya yang penuh dengan umat. Berakhirnya Lagu Kebangsaan Indonesia ini sebagai tanda dimulainya Upacara Pelantikan Pengurus Baru Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) periode 2009-2013 yang diketuai oleh Kho Jan Suwandi.

Acara yang berlangsung hari Minggu, 15 November 2009 ini disaksikan oleh Bhikkhu Vijjananda Thera, Agus Susanto dan Irwan Pontoh acara pelantikan 31 orang pengurus ini berlangsung dengan khidmat. Dalam wejangan-Nya, Bhikkhu Vijjananda Thera berkali-kali menggarisbawahi semangat pengabdian yang tanpa pamrih yang wajib dimiliki para pengurus baru ini.

Sebagai Ketua Yayasan Vihara Buddhayana, Agus Susanto memberikan sambutan pertama kali. Beliau mengingatkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, pengurus baru harus ingat dengan jerih payah pengurus sebelumnya. Untuk itu, pengurus harus mampu menghilangkan kata “aku” sehingga yang ada hanyalah pelayanan terhadap mereka yang membutuhkan sesuai dengan ajaran Buddha.

Lain halnya dengan Irwan Pontoh, Dewan Pengurus Daerah MBI Jatim (Mantan Ketua MBI Surabaya) yang berharap pengurus baru akan makin lebih merakyat alias pro umat. Sebab inilah yang menjadi nafas dari majelis.

Dengan diucapkannya Janji Pengurus oleh para pengurus baru di depan Altar Buddha serta menerima berkat dari Bhikkhu Vijjananda Thera, maka sejak saat itu pula kepengurusan baru disahkan.

Sosialisasi MBI Pusat di Surabaya


Sabtu, 12 Desember 2009 pl. 14.00

Sabtu siang tanggal 12 Desember 2009 di Vihara Buddhayana Surabaya, kedatangan tamu dari perwakilan MBI Pusat di Jakarta. Acara ini dikhususkan kepada orang-orang yang sedang duduk dijajaran organisasi-organisasi Buddhayana di Surabaya dan para pengurus vihara-vihara. Bapak Budiman yang datang dari Jakarta ini menyampaikan tentang organisasi Buddhayana, dimana kebanyakan orang-orang yang sekarang di organisasi Buddhayana masih kurang pengetahuannya. Pada sesi ini, Budiman menjelaskan panjang lebar tentang MBI yang sekarang ini setelah ada keputusan MUNAS (Musyawarah Nasional) MBI terakhir. Budiman juga menjelaskan bagaimana hubungan yang seharusnya terjadi antara umat, yayasan vihara, MBI, dan Sangha. “Antara umat, yayasan, MBI, dan Sangha akan membentuk bagan segitiga yang dikenal dengan nama SEGITIGA BUDDHAYANA” ujar Budiman kepada seluruh